Senin, 26 Agustus 2013

Untuk Adam yang kini Bertahta Di Hatiku (Ranah Minang)



Bismillah…..

Assalamualaikum cinta, apa kabar?
Apa kabar dengan hati yang tak pernah ku jumpa?
Apa kabar dengan hati yang masih dalam perjuangannya demi menggapai ridho-Nya?
Apa kabar dengan setia dan kejujuran?

Cinta…
andai saja aku bisa mengungkap semua kata dan rasa dalam hati yang aku punya ini…
maka seribu lembar kertas pun tak akan cukup untukku menuangkannya
Banyak sekali cinta, banyak yang ingin aku ungkap secara langsung di hadapmu nanti
Andai kau tahu, aku hambar tanpa pengisi kasih dan pedulimu padaku,
andai saja kau tahu apa yang aku rasakan ini untukmu...

Cinta bukan yang bernama keegoisan rasa,
bukan yang mengucap “bagaimana?” namun “ aku mengerti…
bukan “ kamu di mana?” tapi “aku di sini...
bukan “ aku ingin kamu seperti ini...” akan tetapi “ aku mencintaimu dengan apa adanya dirimu...

Sepinya diriku tanpa kau di sini,
hampanya hatiku karena ku tahu dengan nyata kau tak berada di sampingku,
kau patahkan aku... namun aku bukan seorang yang mudah menyerah...
aku bertahan, karena ada kejujuranku... untuk mengasihimu...

Luka itu memang sakit cinta,
akan tetapi lebih sakit lagi jika aku membohongi diri ini
Mungkin aku bisa menggunakan dusta putihku,
namun selama aku masih bisa menjaga kebaikan dalam jujurku, sungguh...

demi Dia yang Maha Menghargai,
ku akan berjalan di sini tanpa ada paksa dari siapapun
dan yang utuh adalah hanya ada nurani dan hati yang suci

Ketika luka – luka telah mengering,
Selama itu pula aku haus untuk merindukanmu,
pun selama luka itu masih basah dan masih pekat terasa ngilu di ulu hatiku.

Cinta,
inginnya aku bersamamu, menjaga hati mu,
mendampingi mu ketika resah dan gundah melandamu,
ahh… cinta akankah kau tahu begitu dalamnya kasihku...

Sehingga semua luka dan kecewa itu tak akan mampu mengubahnya,
sekalipun pernah kau memintanya untuk aku melakukannya.
Maafkan cinta, maafkan aku, karena aku terlalu jujur pada perasaanku

Dan semua, semua... masih tetap utuh pada tempatnya
Rasa yang bercampur baur, ada duka, ada kecewa,
namun ada pula rasa percaya di antara sejuta ragu,
ada setitik cahaya diantara gelapnya cakrawala

Ketika semua terhempas karena sia – sia,
maka akan ku coba pelajari kesedihan ini, kesakitan ini,
dan ku anggap ini sebagai hadiah “besar”-Nya.

Derita ini adalah anugerah dan suatu kehormatan tersendiri bagiku di atasnya dan di bawah kekuasaan-Nya.
Jiwa tak akan pernah mengenal arti tegar jika ia hanya datar merasakan perjalanan hidupnya.
Hati tak akan pernah mengerti rasa sakit, jika ia selalu bahagia,
Maha Suci Tuhan Semesta Alam atas segala rangkaian hidup yang sempurna ini.

Dan cinta….
kau membuatku banyak belajar dalam sakitnya aku
ketika aku terhujam mendekam dalam tebing bebatuan yang tajam.

Kau membuatku menjadi orang “ besar” dalam rasa kesyukuranku pada-Nya. 
Terima kasih cinta, kau membuat aku menjadi jiwa yang sabar atas segala penantian dan pengertian.
Secuil apapun itu harapan adalah tetap menjadi harapan.
Dimana ia juga bisa tumbuh dari rasa kecewa, dari rasa luka.

Maka biarkanlah ia tumbuh menjadi dewasa dalam matangnya pemahaman.
Mungkin aku akan berdiri di atas rangakain jerami yang selalu ada di depanku ketika aku berjalan,
dan tiada lain adalah rasa sabar ketika aku harus membersihkannya ,
tiada lain dari rasa ikhlas ketika aku merasa lelah untuk merapikannya agar ia tak melukaiku.

Namun ketika goresan luka itu ada,
tiada lain pula rasa bertahan dan pengupayaan untukku mengobatinya
Dan tiada lain dengan rasa tulus aku melakukannya

Begitu pula denganmu cinta…
jika pun harus ada air mata, maka biarlah ia menjadi teman sedihku untuk menyayangimu...
jika ada rasa sakit mendera, maka biarkanlah ia menjadi teman setiaku
dalam bertahan atas segala kejujuranku padamu...

Sungguh aku bersyukur,
karena aku mengenalmu cinta, 
sekalipun aku tak pernah utuh memilikimu,
sekalipun utuh yang kau punya tak hanya untukku...

jangan tanyakan tentang kesedihan yang kau pun tahu cinta,
jangan bertanya tentang rasa sakitku, bila kau pun merasakannya...
aku memang manusia biasa, yang tak sempurna
namun rasa kasihku telah mengalahkan rasa sakitku,
rasa asihku mengalahkan egoku ... dan sayangku ...
telah mampu mengobati luka – luka itu

Cinta,
kapan aku bisa menyentuhmu?
Dimana aku bisa menemui hangatnya jemarimu mengusap semua peluhku?
Ataupun sebaliknya aku yang mengusap peluh di wajahmu ...
Dan aku yang akan membelai lembut bahumu ketika kau goyah di jalan perjuanganmu bersamaku,
agar kau tahu betapa pedulinya aku terhadapmu...

Cinta,
dalam sujudku pada-Nyaku titipkan doa dan pintaku...
semoga kau senantiasa dalam penjagaan-Nya ketika penjagaanku tak sampai padamu
semoga kau selalu dikasihi dan disayangi -Nya
ketika kasih dan sayangku tak mampu melampaui dimana kau berada saat ini.

Ku pinta pada-Nya agar Cinta-Nya selalu ada untukmu,
ketika aku tak sanggup lagi mencintai
Ku tegarkan, segala kerapuhan, kan ku indahkan segala kesedihan
bahagia mu adalah doa dan harapku ...
Senyumu, menjadi suatu cita – cita dimana aku bisa merasakannya
tulus hanya untuku...

Semoga kan selalu baik adanya , meskipun jalan ini tak sempurna...
ucap terakhirku, ku harap kan terbaca jelas di mata dan hatimu...
Aku mengerti... Aku di sini ...
dan aku mencintaimu apapun adanya kau dengan segala kurangmu...


Kamis, 22 Agustus 2013

Wahai Calon Penyempurna Agamaku, Aku Akan Setia Menunggu Kehadiranmu (Waktu itu akan datang bersama izin Allah) 6 juli 2013


Entah kapan, aku sendiri juga belum tahu. Biarkan Allah yang merencanakan ini dengan indah. Antara harapan dan kenyataan, ada jarak dan waktu. Jarak itu bisa satu centimeter, bisa juga satu kilometer. Atau bahkan lebih. Waktu itu bisa satu hari atau bisa juga satu tahun. Atau bahkan lebih. Dan di dalam jarak dan waktu itulah, kita isi dengan kesabaran dan doa.
Sabar bukan berarti diam. Sabar bukan berarti pasif. Sabar bukan berarti hanya duduk menunggu. Tapi sabar adalah ekspresi usaha tanpa henti.


Ayunan langkah kaki untuk terus berikhtiar meraih apa yang Allah janjikan. Jodoh memang mutlak kekuasaan Allah. Jodoh memang ada di tangan Allah. Tapi, kalau kita tidak berusaha menjemputnya, akan terus di tangan Allah. Tidak akan pernah sampai di tangan kita. Biarkan aku mencoba menjemputmu dengan memperbaiki diri. Biarkan aku menantimu dengan memperbaiki iman. Biarkan aku menunggumu dengan terus melangkahkan kaki semampuku dalam usaha dan ikhtiar.

Wahai calon penyempurna agamaku..



Di tengah lelahnya hati ini, izinkan aku tetap menunggu dengan iman yang terus ku perbaiki. Meski kadang godaan rasa putus asa terus menghinggap di hati. Aku hanya perlu menyandarkan cinta dan harapan pada Allah. Karena, menyandarkan harapan pada manusia hanya akan menemui kekecewaan. Biarkan penantian yang aku sendiri belum tahu kapan berakhirnya ini menjadi ladang ibadah yang disediakan Allah untukku. Dan untuk orang-orang yang sedang menanti sepertiku...
Karena ku tahu Agamaku akan sempurna hanya jika aku bersamamu  ( JE,S.Th.I)





#Bismillah.....Semoga Allah mempermudah segalanya...